Jelajahi Pesona Alam Indonesia di Pulau Belitung
By Admin
by Admin
Saturday, 5 September 2020
Tetap berada di rumah dan menghindari aktivitas sosial di ruang publik dinilai sebagai cara terbaik untuk terhindar dari virus korona sekaligus memutus rantai penularannya. Namun, sebagai makhluk sosial yang memiliki berbagai kebutuhan dan kepentingan yang harus dipenuhi, adakalanya kita diharuskan untuk ke luar rumah, ke luar kota, ke luar provinsi, bahkan ke luar negeri.
Perjalanan ke luar kota bisa ditempuh dengan kendaraan pribadi sehingga Anda bisa menjaga jarak aman semaksimal mungkin. Namun untuk ke luar provinsi atau ke luar negeri, mau tidak mau Anda harus menggunakan moda transportasi umum seperti pesawat terbang.
Banyak yang beranggapan bahwa naik pesawat terbang selama masa pandemi sangat beresiko tinggi mengingat selama penerbangan kita diharuskan duduk di ruang tertutup bersama “kerumunan” orang. Faktanya, berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Institut Teknologi Massachusetts (MIT), resiko tertular virus korona saat dalam perjalanan pesawat terbang relatif rendah.
Merujuk pada hasil penelitian Arnold Barnett, ahli statistik dari Institut Teknologi Massachusetts (MIT), resiko terkena Covid-19 dalam pesawat terbang dengan kursi terisi penuh adalah 1 berbanding 4,300 sementara jika kursi tengah dibiarkan kosong, resiko terinfeksi virus menjadi 1 berbanding 7,700. Perlu digaris bawahi bahwa hasil penelitian ini spesifik untuk Amerika Serikat, salah satu negara dengan kasus Covid-19 tertinggi di dunia (data per 31 Agustus: 6.211.796 kasus).
Apabila kita bandingkan dengan Indonesia, di mana data per 31 Agustus 2020 tercatat 174.796 kasus, maka bisa disimpulkan bahwa resiko terinfeksi virus menjadi lebih rendah lagi.
Selain kewajiban memakai masker yang diterapkan oleh banyak maskapai penerbangan, berikut adalah beberapa faktor yang dinilai berkontribusi terhadap rendahnya resiko tertular virus korona di dalam pesawat.
1. Sistem sirkulasi udara yang sangat baik
Seperti yang kita ketahui, hampir sebagian besar pesawat terbang baik di Indonesia maupun mancanegara dilengkapi dengan sistem filtrasi udara HEPA yang mampu menyaring 99.99% partikel berbahaya termasuk virus dan bakteri. Dengan teknologi HEPA (High Efficiency Particulate Air), udara di dalam kabin pesawat diperbaharui setiap 2-3 menit. Karenanya, meskipun ruangan tertutup, pasokan udara segar dan steril di dalam kabin pesawat tetap terjaga selama penerbangan berlangsung.
2. Protokol kesehatan yang ketat
Hampir sebagian besar maskapai penerbangan di Indonesia termasuk Garuda, Lion Air, Citilink dan AirAsia menerapkan protokol kesehatan yang sangat ketat untuk mencegah potensi penularan Covid-19. Tidak hanya diwajibkan memakai masker dan menjalani pemeriksaan suhu tubuh, para calon penumpang juga diharuskan untuk menyerahkan surat keterangan uji tes PCR dengan hasil negatif (berlaku maksimal 14 hari setelah diterbitkan) atau surat keterangan uji Rapid Test dengan hasil non reaktif (berlaku maksimal 14 hari setelah diterbitkan).
Untuk calon penumpang yang daerah asalnya tidak memiliki fasilitas uji PCR dan Rapid Test, mereka wajib menyerahkan surat keterangan bebas gejala seperti influenza (*influenza like-illness*) yang dikeluarkan dokter Rumah Sakit atau Puskesmas.
Dengan kebijakan seperti ini, resiko Anda berada dalam satu pesawat dengan orang yang terinfeksi virus korona relatif kecil. Dan potensi penularan virus pun bisa sangat diminimalisir.
3. Kebijakan mengosongkan kursi tengah
Untuk mengurangi kepadatan dan menjaga jarak antar penumpang, beberapa maskapai penerbangan menerapkan aturan mengosongkan kursi tengah.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh hasil analisa Arnold Barnett di atas, mengosongkan kursi tengah berdampak pada penurunan tingkat resiko penularan virus korona di dalam pesawat. Meskipun begitu, Asosiasi Penerbangan Udara Internasional (IATA) menilai kebijakan mengosongkan kursi tengah ini tidak efektif dan secara ekonomi bisa sangat memberatkan maskapai penerbangan. Penggunaan masker, protokol kesehatan yang ketat serta digunakannya sistem sirkulasi udara HEPA dinilai lebih dari cukup untuk meminimalisir potensi penyebaran virus di dalam pesawat.
Meskipun resiko penularan virus korona dalam pesawat terbang relatif rendah, bukan berarti Anda bisa lengah. Berikut beberapa hal yang harus Anda perhatikan agar proses perjalanan Anda dengan pesawat terbang lebih aman.
Sumber:
https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/travelers/travel-during-covid19.html
https://medical.mit.edu/covid-19-updates/2020/07/how-safe-air-travel